"Marbisuk ma ho!" (Hendaklah kamu cerdik dan bijaksana!).
Inilah falsafah kuno orang Batak Toba yang
tetap aktual dalam dan bagi kehidupan masyarakat Toba hingga pada masa
sekarang. Ungkapan ini sering diumbar oleh orang-orang tua dari jaman ke jaman. Falsafat ini sungguh
mempengaruhi cara hidup, pola pikir, cara pandang dan tingkah laku
(praktek hidup) orang Batak Toba. Ungkapan sejajar dapat ditemukan juga dalam Kitab Suci
yang termuat dalam nas yang berisi : " Hendaklah kamu
cerdik seperti ular dan tulus
seperti merpati !" (Mat.
10:16).
Manusia pada dasarnya ingin bijaksana dan cerdik,
karena Allah memberikan dan menciptakan
potensi itu dalam diri manusia. Sebagai makhluk yang bernilai luhur, manusia unik dari ciptaan lain karena ia
memiliki akal budi. Dengan akal budi manusia mampu untuk berkembang
menjadi sempurna dan bijaksana.
Manusia yang memiliki akal budi hidup dalam panggung dunia. Panggung
dunia diwarnai oleh pelbagai seni hidup. Manusia berperang sebagai pemain
yang memaikan hidup tersebut. Pengalaman
hidup berhadapan dengan sesama, berhadapam dengan alam ciptaan lainnya, berhadapan dengan daya-daya
kekuatan yang tidak nampak namun
mempengaruhi dan membentuk manusia, dan sebagai makhluk rohani berhadapan dengan Allah Sang Pencipta; membentuk
suatu cara hidup yang bijaksana. Dengan
suatu seni hidup para bijak mencoba membantu orang untuk dapat mengambil sikap yang tepat dalam setiap situasi hidup, dengan
demikian dapat berhasil dalam hidup, bertanggungjawab terhadap
hidupnya, bersikap benar terhadap penderitaan, kematian, makna hidup di dunia
ini. Dengan tujuan akhir ialah demi suatu kebahagian hidup.
Cara-cara hidup tersebut terungkap dalam sastra hidup manusia. Dalam
sastra budaya setiap suku yang diwariskan
turun temurun, baik secara lisan maupun tulisan. Sastra itu tertuang dalam bentuk puisi, pantun,
sajak, pepatah, peribahasa, lagu, dan dalam bentuk lain.
Masyarakat Batak Toba
dan bangsa Israel memiliki sastra kebijaksanaan dalam bentuk budayanya masing-masing seperti bangsa
lain. Dalam tugas ini penulis hendak menjelaskan sebagian dari sastra
dari kedua suku bangsa ini, serentak membandingkan
kedua sastra tersebut, hingga dapat memperoleh kekhasan, kelebihan dan
kekurangannya.
Sastra Kebijaksanaan
Masyarakat Batak Toba.
Batak Toba Sekilas Pandang :
Masyarakat Batak Toba pada umumnya hidup tersebar
atau tinggal di sekitar daerah Sumatera Utara, khususnya di daerah pulau Samosir dan daerah
Tapanuli. Namun demikian orang Batak telah
tersebar ke berbagai penjuru dunia ini. Suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang besar. Nenek moyang suku bangsa Batak
diduga berasal dari Hindia Belakang, walau menurut mitos orang Batak yang
beredar di kalangan masyarakat ini, nenek moyang Orang Batak berasal
dari titisan dewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak sebagai manusia pertama
dikirim oleh dewa ke bumi ini di gunung Pusuk Buhit, di pulau Samosir. Suku
ini memiliki beberapa persamaan dengan salah
satu suku di daerah Fhilipina. Karena itu diperkirakan bahwa sebenarnya keturunan
Batak Toba berasa dari daerah Asia bagian Hindia Belakang.
Banyak teori dan pendapat yang berbicara tentang keberadaan suku Batak Toba.
Sebagian berpendapat bahwa suku Batak mencakup lima suku: Batak Toba, Batak
Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Dairi-Pakpak. Tetapi pendapat
ini sangatlah lemah karena bukti untuk itu
tidak kuat. Sebagian orang berpendapat bahwa suku ini berdiri sendiri. Memang ada kemiripan di antara kelima suku
ini, misalnya memiliki sedikit
persamaan dalam bahasa, adat kebiasaan. Tetapi lebih banyak perbedaan. Perbedaan ini menjadi dasar penentu
bahwa suku Batak Toba berbeda dari suku
yang lainnya itu. Dalam tugas ini penulis menjelaskan sastra yang dimiliki
oleh suku Batak Toba, karena dari suku inilah penulis berasal.
Seni Sastra Masyarakat Batak Toba:
Orang Batak Toba terkenal dengan keberaniannya
untuk berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku
bangsa ini ialah "Si
boru puas si boru bakkara, molo nunga puas ampema soada mara (artinya, seseorang harus mengungkapkan isi hati dan perasaannya,
dan jika hal itu telah terungkapkan maka
puaslah rasanya dan damai serta selesailah masalkah, semua masalah harus
dituntaskan dengan pembicaraan). Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka
orang Batak suka berbicara. Suka berbicara, berkaitan erat dengan
bayak hal dalam hidup orang Batak Toba. Suku ini
memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat,
pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll. Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat Toba. Ungkapan
bijak itu tidak kala penting dan nilainya bagi
kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh
lahir dari pengalaman dan
pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.
Makna yang terkandung dalam sastra Batak Toba
berkaitan erat dengan kehidupan yang dialami setiap hari, misalnya: falsafah pengetahuan
(Batak: Habisuhon),
kesusilaan (Batak: Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat dohot uhum) dan kemasyarakatan (Batak:
Parngoluon siganup ari). Bila diteliti secara seksama, sastra kebijaksanaan suku Batak Toba
(yang disebut umpama), terdiri dari empat bagian.
Pembagian
itu adalah sebagai berikut :
1.
Filsafah (Batak: umpama na marisi
habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau kebijaksanaan).
2.
Etika kesopanan (Batak: umpama hahormaton).
3.
Undang-undang (Batak: umpama na mardomu tu adat dohot
uhum).
4.
Kemasyarakatan (Batak: umpama na mardomu tu parsaoran si ganup ari, ima
na dipangke
di tingki pesta, partamueon, dll.).
Arti dan makna umpama (pepatah)
dalam suku Batak Toba sangat luas dan mendalam. Berdasarkan bentuknya ungkapan
itu
dapat di bagi ke dalam empat bagian besar.
Pembagian itu ialah:
1.
Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang berisi
permintaan berkat, keturunan yang banyak, penyertaan dan semua hal yang baik,
pemberian dari Allah.
2.
Kiasan/persamaan (Batak:
tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematang
sawah yang licin.
3.
Nyanyian (Batak: endeende):
adalah pepatah yang sering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang yang
sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.
4.
Pepatah (Batak: Umpama) adalah: a).
kebijaksanaan/kecerdikan, b). pepatah etika kesopanan, c). pepatah adat
(peraturan :tata cara), d). pepatah hukum.
Berikut ini
dijelaskan beberapa contoh dari sastra kebijaksanaan Batak Toba dan Sastra kebijaksanaan Bangsa Israel!
1. Berkaitan dengan Penderitaan Manusia: Nunga bosur soala ni mangan
Mahap soala ni minum , Bosur ala
ni sitaonon
Mahap ala ni sidangolon
** Arti harafiah dan leksikal:
Sudah kenyang
bukan karena makan Puas bukan karena minum
Kenyang karena penderitaan ,
Puas karena kesedihan/dukacita
** Arti dan makna terdalam:
Syair pantun ini mengungkapkan keluhan manusia atas penderitaan yang berkepanjangan yang menyebabkan keputusasaan. Penderitaan
sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mulajadi Na
Bolon (Allah orang Batak Toba) harus diterima dengan pasrah saja. Ada
orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk
sebagian orang takdir dilihat sebagai sarana pendidikan, yakni mendidik untuk
tabah menghadapi segala cobaan hidup, menyingkirkan
sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek
moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon.
** Jenis pantun ini ialah "pantun
andung" (pantun tangisan) pada penderitaan. Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami penderitaan
(kesedihan dan duka cita), misalnya pada saat
kematian orang tua, sahabat dan famili.
** Padanannya dari Sastra
Kebijaksanaan Israel: Ayub 33: 19-22; 36: 15
Tinjauan teologis-eksegetis:
Penderitaan adalah sarana yang digunakan Allah
untuk mendidik umat-Nya. Sebagai sarana
pendidikan penderitaan dapat menuntun si pendosa kembali kepada kesetiaan dan
ke jalan yang baik. Penderitaan dapat membantu manusia dalam perjalanannya menuju Allah. Sengsara dan
penderitaan dapat menjadi pemberitahu yang digunakan Allah untuk
mempertobatkan pendosa.
Penderitaan adalah bahasa dan cara Allah untuk menyapa orang. Kendati
harus diingat bahwa Allah tidak
menciptakan atau membuat penderitaan bagi manusia! Melalui penderitaan terjadi penyelamatan dan
penyataan kasih Allah. Sengsara dapat menyucikan dan membersihkan seseorang dari dosa jika ia bertobat dan
percaya kepada Allah sebagai
penyelamat (Yes 1: 25; 48: 10). Sengsara dapat menjadi pelajaran bagi orang mengenai hal-hal yang
penting dan sebagai sarana intropeksi diri
(Ul. 8: 2-3). Penderitaan
dapat mengajak orang untuk bertobat (bdk. Ams 3: 11-12) dan membuka
hati manusia bagi Allah dan karyaNya dalam hidup manusia.
Berkaitan dengan Nasihat dan
Larangan Melakukan Perzinahan:
Silaklak ni dandorung , Tu
dangka ni sila-sila
Ndang iba jumonokjonok , Tu na
so oroan niba .
Arti harafiah dan leksikal: Kulit kayu dandorung Ke dahan kayu silasila
, Dilarang mendekati perempuan/wanita Jika tidak istri sendiri
** Arti
terdalam: Dua baris terakhir dari syair pantun di atas menasehatkan kepada
semua pria agar tidak mendekati seorang perempuan/wanita
yang tidak istrinya. Nasehat ini merupakan usaha
untuk menghindari tindakan perzinahan dan sekaligus merupakan larangan untuk tidak
melakukan perzinahan. Seorang laki-laki yang mendekati perempuan yang
bukan istrinya dan melakukan
hubungan seksual disebut berzinah. Orang yang melakukan perzinahan dihukum
dan terkutuk hidupnya.
** Jenis
Sastra: Pepatah nasehat ini digolongkan ke dalam pantun nasehat atau pepatah nasehat (Batak: umpama etika hahormaton, adat dohot uhum). Pepatah ini digunakan pada kesempatan
pesta adat, pesta perkawinan, dan pada hari-hari biasa serta pada kesempatan
yang biasa juga. Juga sering diungkapkan pada waktu diadakan
musyawarah kampung karena adanya tindakan
pelanggaran perkawinan. Biasanya orang yang berzinah dihukum secara adat.
** Padanannya dari Sastra
Kebijaksanaan : Ams 5:15
"Minumlah air dari kulahmu
sendiri~ minumlah air dari sumurmu yang membual" (Ams 5:15).
Tinjauan eksegetis-teologis:
Seorang pemuda dinasehati agar tidak melakukan
tindak perzinahan dengan orang lain (dengan perempuan yang bukan istri sendiri). Dinasehatkan
dengan tegas agar menikmati
istri sendiri dan setialah padanya seumur hidup. Dosa perzinahan diartikan sebagai tindak ketidaksetiaan kepada kehendak
Allah. Sang murid harus menikmati kebahagiaan
dengan istri sendiri dan bukan dengan perempuan jalang (pelacur). Dalam hal ini ditekankan kemurnian
perkawinan. Jika nasehat ini diindahkan maka kemurnian perkawinan akan
meluap ke luar seperti pancaran-pancaran air dari pancuran. Tindak zinah
sungguh ditentang oleh penulis dan pengarang kitab Amsal ini. Hal itu didasarkan pada suatu keyakinan bahwa
Allah bangsa Israel tidak menghendaki tindak zinah dan serong. Perbuatan jahat dikutuk dan perbuatan baik
diberkati. Perkawinan yang baik pasti diberkati Allah jika dinikmati
menurut hukum-hukum Allah. Umumnya secara
rohani dari nasehat dari sartra kebijaksanaan Israel sering dan selalu dikaitkan dengan Allah. Kulahmu sendiri adalah
bahasa kiasan (kulah, sumur) berarti: istri yang sah. Dengan zinah yang terkutuk dipertentangkan kesetiaan
dalam perkawinan dan istri sah
yang dipuji. Istri yang baaik adalah karunia dari Tuhan dan penghibur
suami.
Berkaitan dengan Etika
Kesopanan (sopan santun): " Pantun hangoluan, tois hamatean!"
** Arti harafiah dan leksikal: Sikap hormat dan
ramah mendatangkan kehidupan dan kebaikan; sikap ceroboh atau sombong (tidak tahu adat) membawa kematian/malapetaka.
** Arti terdalam: sopan santun, sikap hormat dan
ramah tamah akan membuahkan hidup yang mulia dan bahagia (baik), sedangkan sikap ceroboh dan sombong
(angkuh) akan menyebabkan kematian,
penderitaan, malapetaka dalam hidup seseorang. Pada umumnya orang yang sopan memiliki banyak teman yang setia, ke mana dia
pergi selalu mendapat perlindungan dan sambutan dari orang yang
dijumpainya. Sedangkan orang yang ceroboh dan
sombong sulit mendapat teman bahkan sering mendapat
lawan dan musuhnya banyak. Yang seharusnya kawan
pun menjadi lawan bagi orang yang seperti ini.
** Jenisnya dan digunakan pada kesempatan: Sastra
ini tergolong dalam pepatah (Batak: umpama)
nasehat. Pepatah etika sopan santun. Biasanya digunakan pada kesempatan
memberangkatkan anak, famili atau sahabat yang hendak pergi ke perantauan. Dan pepatah ini digunakan sebagai
nasehat orang-orang tua kepada anakanaknya.
** Padanannya dari sastra Kebijaksanaan Israel: Pengkhotbah 8:13 ; Amsal
10: 2-3.
Tinjauan eksegetis-teologis:
Pengkhotbah mengungkapkan bahwa orang takwa (benar) akan selamat dan
dirahmati Allah, karena takut akan Allah. Keselamatan yang dimaksudkan ialah keselamatan yang tidak dapat ditangkap oleh
indera mata, tetapi sungguh ada. Perbedaan nasib orang benar dan orang
fasik nyata dalam ayat ini. Orang fasik tidak hidup lama. Tidak mau mengatakan bahwa semua orang fasik tanpa
terkecuali hidup lama. Dalam
kenyataanya sekalipun orang fasik bernasib baik dan kadang-kadang hidup lama, namun tetap menjadi kebenaran mutlak
bahwa orang fasik tidak bisa luput dari hukuman Allah, bahwa hidupnya
diperpendek. Sekalipun tetap diterima ada kekecualian dari pandangan umum
itu. Ganjaran bagi orang benar dan ganjaran bagi kebenaran artinya ganjaran bagi hidup yang benar. Para nabi sering
menyoroti penindasan dan penipuan
serta pemerasan terhadap orang yang lemah. Semuanya itu mengingkari
kebenaran yang dituntut Allah dari umatNya. Kebenaran menunjukkan bahwa Allah memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
jasmani umatNya dan menggagalkan nafsu-nafsu jahat dari orang jahat.
Pandangan teologi tradisional mengungkapkan
bahwa kebaikan akan tumbuh subur dan kejahatan serta orang jahat akan
musna dan tidak bertumbuh. Tetapi kenyataannya tidak sungguh-sungguh terus
terang dinyatakan dan diyakini oleh semua orang.
Berkaitan dengan "Janji
atau nazar" yang harus ditepati:
Pat ni satua , Tu pat ni lote , Mago ma panguba , Mamora na niose
** Arti harafiah dan leksikal: Kaki tikus , Ke kaki burung puyuh . Lenyap/hilanglah si pengingkarjanji Dan
kayalah yang diingkari
** Arti terdalam: seorang yang mengingkari janji,
apalagi sering-sering mengingkari akan hilang lenyap
(mati) karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi kaya. Orang yang mengingkari janji dikutuk dan
ditolak oleh masyarakat umum, sedangkan
orang yag diingkari mendapat penghiburan dan pengharapan yang baik dari sang pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam
hidupnya. Padan adalah janji atau perjanjian,
ikrar yang disepakati oleh orang yang berjanji. Akibat dari pelanggaran padan lebih daripada hukum badan, karena ganjaran
atas pelanggaran padan (janji) tidak
hanya ditanggung oleh sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada unsur
kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi.
Jika padan diucapkan pada waktu
malam maka saksinya ialah bulan maka disebut padan marbulan. Dan jika
diucapkan pada siang hari saksinya ialah hari dan matahari disebut padan
marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. mni mungkin ada
kaitannya dengan budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji
merupakan yang terkutuk.
** Jenis pantun dan digunakan pada kesempatan:
pantun ini tergolong ke dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat kepada orang yang berjanji (Batak:
marpadan). Pepatah ini digunakan
pada kesempatan ketika menasehati orang yang sering menginkari janji. Pada upacara adat terjadi
pembicaraan dan berkaitan dengan pengadaan perjanjian. Nasehat ini diberikan
dan disampaikan oleh orang tua dari kalangan keluarga. mni merupakan unsur sosialisasi untuk mendidik orang
Toba menjadi orang yang konsekuen dalam bertindak.
** Padanannya dari sastra Kebijaksanaan Israel: Pengkhotbah 5: 3-4.
Di kalangan bangsa Israel terdapat apa yang disebut dengan 'nazar'. Dan orang
bernazar karena dan untuk suatu hal. Nazar sering ditujukan kepada Allah.
Kitab pengkhotbah menulis kritik atas kebiasaan untuk mengucapkan nazar,
sesuatu yang pada dasarnya dinilai positif.
Pengkhotbah tidak menolak nilai dari nazar, tetapi tidak mau mengikatkan
nilai pada nazar, melainkan pada penetapan nazar. Agar bahaya dari
"melupakan nazar" diperkecil dan dihindari, maka pengkhotbah
memberi nasehat untuk selekas-lekasnya
menepati nazar. Sebab sungguh-sungguh bodoh kalau menunda-nunda menepati nazar dan Allah tidak
senang pada orang yang ingkar (tidak menepati) akan nazarnya. Lebih
baik tidak bernazar daripada bernazar tetapi tidak melaksanakannya.
Peringatan ini berhubungan dengan membuat janji. Yang menjadi pokok pikiran
ialah "menganggap enteng" karena menganggap enteng, maka manusia sering cepat sekali bernazar. Tetapi bila tiba saatnya untuk
menepati janji itu, maka ia sudah lupa. Siapa
yang belaku demikian adalah orang yang kurang waras. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang tidak setia, apalagi
jika mengingkari janji yang berkaitan
dengan Allah. Karena itu lebih baik tidak bernazar daripada bernazar tetapi tidak menepatinya. Di sini dinyatakan bahwa
bernazar tidaklah merupakan kewajiban mutlak. Dalam Taurat Musa diungkapkan bahwa orang tidak berdosa bila
tidak berjanji (Ul 23: 22). Tetapi
orang yang berjanji /bernazar dan tidak melakukannya ia berdosa (Ul 23:21). Pengkhotbah berkata: lebih baik
engkau tidak berjanji daripada tidak menebus sesuatu janji yang telah diucapkan.
Berkaitan dengan Kehidupan Sosial
Masyarakat:
Ansimun
sada holbung Pege sangkarimpang Manimbuk rap tu
toru Mangangkat rap tu ginjang
** Arti harafiah dan leksikal:
Mentimun
satu kumpulan Jahe satu rumpun batang Serentak
melompat ke bawah Serentak melompat ke atas
** Arti terdalam: Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan dari
satu keluarga (Batak: dongan sabutuha).
Pepatah ini mengisyaratkan kebersamaan untuk menanggung duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan
ungkapan: "ringan sama dijingjing, berat sama dipiku~". Dari
ungkapan ini terbersit arti mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang
Batak Toba. Kekerabatan mencakup hubungan
primordial suku, kasih sayang dipupuk atas dasar hubungan darah. Kerukunan
diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang BatakToba diatur
dalam sistem kekerabatan Dalihan Na
Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi ke
generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak
dia mulai mengenal lingkungannya yang
paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada
famili dekat. Pengertian marga dijelaskan dengan
baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu.
Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan
atas dasar Dalihan Na Tolu itu.
** Jenis sastra: tergolong dalam kelompok pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta pernikahan, pesta adat
dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan
sebagai nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan.
** Padanannya dari sastra
Kebijaksanaan Israel: Sirakh 3: 31-4: 1-3 ; Ams 3: 27-28:
Tinjauan eksegetis-teologis:
Membalas dengan cinta apa yang telah diperoleh
dari orang lain. Dalam teks sirakh tidak
dikatakan apa yang mesti dibalas dengan cinta, kebaikan atau keburukan yang dialami dari pihak orang lain. Tetapi
sangat ditekankan kewajiban berbuat baik kepada orang yang miskin dan lemah. Dalam hal ini nasehat dalam
pepatah teks ini menekankan keharusan dan supaya tidak menunda-nunda
perbuatan baik itu. Amsal menekankan agar tidak menahan kebaikan dari pada
orang yang berhak menerimanya, pada hal
kita dapat melakukannya. Anjuran berbuat baik kepada sesama berarti kepada
teman, kepada rekan, sahabat, atau pendeknya kepada setiap orang yang
dengannya ada hubungan khusus. Dalam Amsal arti kata sesama juga mencakup
pengertian secara luas hinga mencakup orang lain. Ini merupakan langkah
pertama ke arah perluasan kasih kepada sesama manusia (Im 19:18) yang
akhirnya dalam Injil, termasuk musuh juga
(Mat 5: 43). Allah mencintai dan mengasihi orang yang berlaku baik dan benar. Tindakan kasih adalah yang
terutama daripada ketaatan kepada hukum pada hal meniadakan kasih terhadap sesama. Orang yang berbuat baik akan
memperoleh hikmat yang berasal dari Tuhan dan menjadi tenteramlah hidupnya, bahagia
di hadapan Allah.
PERBANDINGAN ANTARA SASTRA
BATAK TOBA DAN SASTRA KEBIJAKSAAN ISRAEL
A. Kekhasan masing-masing satra:
1.
Sastra Batak Toba:
Sastra Batak Toba
lahir dari budaya Batak yang tumbuh berkat relasinya dengan alam, dunia
sekitar dan orang-orang dari suku bangsa lain.
Pepatah atau ungkapan bijak dalam suku
ini tidak diperoleh dari hasil pendidikan formal,
tetapi dari pendidikan suatu perkumpulan, misalnya perguruan silat atau perkumpulan
marga dan adat.
Sastra ini pada umumnya diwariskan secara lisan.
Pengarang satra ini tidak diketahui. Waktu
penulisan dan tempat mengarang juga tidak dapat
dipastikan.
Pepatah dan pantun dapat diubah-ubah sesuai dengan
situasi yang ada. Tetapi harus selalu
diperhatikan dan dipertahankan isi dan makna yang sebenarnya. Sastra ini memiliki arti kiasan
atau perumpamaan dan arti langsung (harafiah). Pola sajak yang digunakan umumnya bervariasi, ada
ab-ab dan ada yang bebas. Ada pepatah atau
sajak yang bernilai rohani, yang sangat dalam maknanya. Pepatah umumnya dikuasai oleh sebagian orang saja
yang bertugas sebagai pembiGara
dalam adat. Orang yang bisa berbiGara dengan baik dan mengetahui banyak pepatah maka dia dapat dihunjuk sebagai
pembiGara dalam adat. Tetapi umumnya sastra
ini dapat digunakan oleh siapa saja.
2.
Sastra
Kebijaksanaan Israel:
Sastra Israel umumnya dituliskan
dalam satu buku tertentu, kendatipun ada juga yang diwariskan seGara lisan,
turun temurun. Sastra ini telah tersebar
luas ke seluruh dunia karena telah masuk ke dalam agama Kristen.
Setiap tulisan ada pengarang dan diperkirakan
ditulis pada masa atau jaman tertentu. Hal itu dapat diteliti dalam tulisan, dalam kata-kata, dalam
alur pemikiran yang terdapat dalam sastra
itu.
Masing-masing
sastra memiliki Giri khas tersendiri sesuai dengan gaya pemikiran dan waktu penulisannya.
Pesan yang termuat di dalam tulisan
pada umumnya jelas.
Memiliki makna rohani yang
mendalam.
Pengungkapan
bebas walaupun juga ada yang memiliki aturan tersendiri dan memiliki persamaan.
Sastra kebijaksanaan Israel
sungguh-sungguh ungkapan dan buah pikiran orang-orang bijaksana.
B. Kelebihan, kekurangan dan
persamaan:
** Kelebihan dan
kekurangan:
a). Sastra Batak Toba:
Kelebihan: pepatah
bersifat sederhana, mudah dimengerti dan diingat oleh orang, tidak membosankan, memiliki arti harafiah dan arti terdalam
yang juga memiliki kaitan dengan arti harafiah itu. Umumnya
pepatah atau sastra Batak sibuk dengan masa depan.
Kekurangan: tidak
semua tertulis karena itu bisa hilang dan dilupakan oleh generasi
selanjutnya. Sastra ini memiliki bahasa kuno yang terkadang sulit dimengerti
orang jpada aman sekarang.
b). Sastra
Kebijaksanaan Israel:
Kelebihan:
@
Diwariskan secara tertulis.
@
Memiliki kekhasan
dari tiap-tiap sastra.
@
Tetap populer sampai
sekarang terutama dalam agama Kristen
@
Memiliki arti
terdalam dan arti kiasan
@
Kebijaksanaan bersifat universal
@
Hikmat dapat mendidik manusia.
Kekurangan:
@
Ada sebagian sastra
yang tidak memiliki aturan.
@
Sastra kebanyakan bertemakan hal duniawi pada hal maksudnya lebih rohani.
@
Umumnya tidak
terlalu memikirkan masa depan.
** Persamaan : Masing-masing sastra digunakan dalam kehidupan sehari-hari
demi kebaikan manusia. Sastra bertujuan untuk mendidik manusia terutama untuk
generasi berikutnya. Sastra lahir dari pengalaman manusia. Berisikan
patokan-patokan kebijaksanaan manusiawi.
Memiliki pepatah atau ungkapan-ungkapan yang pendek dan mudah diingat.
PENUTUP :
Ada ungkapan para tua-tua orang Batak Toba:
'Ansit do na haion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na so dapotan jambar hata', Artin ya
sangat men yakitkan jika
seseorang tidak mendapat bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih sakit lagijika seseorang
tidak mendapat kesempatan untuk berbicara dalam pesta adat. Ungkapan ini hendak menunjukkan betapa penting dan tingginya nilai
berbiGara dalam budaya Batak Toba.
Ungkapan-ungkapan orang bijak di kalangan Batak Toba memiliki Giri
tersendiri. Hal itu terGermin dalam semua tulisan dan sastra yang dimiliki oleh suku ini. Sastra Israel juga menunjukkan hal
yang sama dan memiliki Giri yang khas dan bernilai tinggi. Karena itu dalam
membandingkan kedua sastra ini, penulis tidak dapat menemukan ungkapan atau teks yang sungguh-sungguh sama.
Makna, arti dan tujuan dapat sama namun pengungkapannya berbeda-beda.
Sastra diungkapkan dengan kata dan gaya
bahasa yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh Gara pikir dan perkembangan
budaya dari kedua sastera ini.
Penulis melihat poin lain, berkaitan dengan
perbandingan kedua sastra ini, yakni masing-masing sastra kebijaksanaan dari kedua suku bangsa ini sungguh
bertujuan untuk membangun, mengembangkan dan
mengatur kehidupan manusia agar manusia dapat
hidup sejahtera dan damai di bumi ini. Orang yang bijak akan nampak dalam dan
dari tingkah laku dan tutur kata serta dari ungkapan-ungkapannya. Semoga manusia semakin bijaksana dan kebijaksanaan
Allah menwarnai kebijaksanaan setiap orang .
Daftar
Bacaan:
1).
Sibarani, A.N. Parda. Umpama Batak Dohot Lapatanna Pematangsiatar:
"Parda" Jl. Patimura 100, 1976.
2).
Sarumpaet, J.P.
MA. Kamus Batak Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1994.
3).
Van der Weiden, Wim
Dr. Seni Hidup: Sastra Kebijaksanaan Perjanjian Lama. Yogyakarta:
Kanisius, 1994.
4).
Harahap, F.K.N.
Dr. Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1975.
5).
Sihombing, T.M. JambarHata:
Dongan Tu UlaonAdat. Jakarta: Tulus Jaya, 1989.
6).
Bimas Katolik. Kitab Suci
Perjanjian Lama II. Ende-Flores: Arnoldus, 1977/1978.
7).
Mc Kane, William.
Proverbs :A NewApproach. SCM. LTD., 1985.
8). Rolles Driver D.D., Samuel and Buchanan Gray D. Litt, George. A
Critical and Exegetical Commentari ON
The Book of Job. Edinburgh: T. & T.
Clark, 59 George Street, 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar