Kamis, 15 April 2010

Raja Bunga-Bunga

Posted on September 17, 2009 by dunkom

Makam Raja bunga-bungan (Raja Parmahan)(Di Balige dan Keturunannya)

Raja Sibagot Nipohan telah beranak-cucu di Balige, demikian juga adiknya Sipaittua di Laguboti , Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak dan Siraja Oloan di Bakkara.

Pada suatu ketika terjadi musim kemarau yang berkepanjangan di Balige, sehingga tanam-tanaman dan padang rumput mati kekeringan, ternak gembala menjadi kurus kering kekurangan makanan. Raja Sibagot Nipohan pun mulai gelisah memikirkan keadaan yang menimpa negerinya. Lalu Sibagot Nipohan memanggil anaknya : Tuan Sihubil, Tuan Somanimbil, Tuan Dibangarna dan Tuan Sonakmalela untuk membicarakan kemarau yang berkepanjangan itu. Mereka sepakat : menanyakan kejadian ini kepada orang pintar “ Datu bolon Sibaso panaturi. “Menurut petunjuk orang pintar ,terjadinya malapetaka yang menimpa Balige adalah Sapata (kutukan) dan berkata :

” Na tangis tarlungun do tondi ni anggim na tolu I , manang pinomparna jala ingkon hatahononmu hasalaanmu.” ( bahwa kemarau panjang terjadi adalah karena kutuka akibat kesediha dari ketiga adik-adik Sibagot Nipohan yang telah diusirnya dari Balige, yaitu Sipaettua, Silahi Sabungan dan Siraja Oloan atau keturunan mereka. Dan kamu ( Sibagot Nipohan ) harus kaumengakui kesalahanmu).

Mendengar keterangan dukun itu, Raja Sibagot Nipohan menjelaskan peristiwa kepergian adik-adiknya dari Balige kepada anak, menantu dan cucunya. Mendengar peristiwa yang mengharukan itu, kemudian anak-anak Raja Sibagot Nipohan (Tuan Sihubil, Tuan Somanimbil, Tuan Dibangarna dan Tuan Sonakmalela ) bermusyawarah dan bertekad akan melaksanakan petunjuk Datu Bolon Sibaso Panuturi. Itu untuk membawa keturunan Sipait Tua, Silahi Sabungan dan Raja Oloan.Awalnya mereka pergi menjumpai Sipaittua di Laguboti dan menyatakan maksud mereka. Raja Sipaittua menyarankan agar mereka juga memberitahukan kepada adiknya, Silahi sabungan di Silalahi Nabolak dan Siraja Oloan di Bakkara. Begitu juga jawaban Siraja Oloan sewaktu mereka menyampaikan niatnya itu Bakkara.

Karena jawaban Raja Sipaettua dan Siraja Oloan sama, maka mereka berangkat ke Silalahi Nabolak menjumpai Silahi Sabungan. Karma jauhnya dan besarnya gelombang di tao Silalahi mereka naik perahu besar (marsolu bolon). Rombongan langsung dipimpin anak sulung Raja Sibagot Nipohan, Tuan Sihubil. Setelah tiba di Silalahi Nabolak, mereka menjumpai Silahisabungan. Tuan Sihubil menyampaikan maksud dan tujan mereka ke Silalahi Nabolak.

Tetapi Silahi Sabungan menanggapi bahwa ia tidak bisa mengabulkan permintaan Sibagot Nipohan dan Tuan Sihubil.Dengan rasa kecewa dan putus asa Tuan Sihubil dan rombongannya berpamitan pulang dan memberi salam kepada Silahi Sabungan beserta anak – anaknya. Terakhir mereka pamit kepada Deang Namora yang tinggal menyendiri di batu Parnamoraan ( di tepian danau Silalahi ). Tuan Sihubil menceritakan semua maksud dan tujuan mereka serta jawaban mereka terima dari Silahi Sabungan. Mendengar kata – kata tuan Sihubil yang memilukan itu, Deang Namora menjari iba. Deang Namora lalu memberitahu kalau disekitar padang ( Simartaja ) beberapa cucu Silahi Sabungan sedang menggembala kerbau. Ia menyarankan Tuan Sihubil boleh membawanya salah seorang, dengan syarat jika kelak hujan telah turun di Balige maka si cucu tersebut segera di kembalikan ke Silalahi Nabolak.Kesempatan itu tidak disia-siakan Tuan Sihubil. Ia berhasil menagkap tiga orang cucu Raja Silahisabungan, yaitu:

1.Toguraja (anak Loharaja),
2.Siraja Bunga-bunga (anak Sondiraja) dan
3.Lonsingraja (anak Batu Raja).

Setelah itu, Tuan Sihubil berlayar menepi-nepi pantai menuju Pangururan agar jangan dilihat Raja Silahisabungan. Ketika tuan sihubil dan rombongannya melewati “ Tano ponggol “, Toguraja dan Lossingraja melompat dari perahu dan melarikan diri. Hanya Siraja bunga-bunga yang berhasil mereka bawa ke Balige. Begitu sampai mereka di Balige, embun pun mendung kemudian turun hujan lebat. Semua penduduk negeri merasa gembira. Tersiarlah kabar bahwa cucu Silahi Sabungan telah dibawa dari Silalahi Nabolak. Raja Sibagot Nipohan mengadakan pesta besar dengan mengundang adiknya, Sipaitua dari Laguboti dan Siraja Oloan dari Bakkara. Pada pesta itu kemudian dinobatkan Siraja bunga-bunga sebagai anak Tuan Sihubil. Karena ia diculik dari parmahanan (tempat penggembalaan). maka ia diberikan gelar Siraja Parmahan.Siraja Parmahan kemudian menikah dengan Boru Pasaribu dari Haunatas Balige , lahirlah anaknya 4 orang dan diberi nama :

1.Sihaloho
2.Sinagiro
3.Sinabang
4.Sinabutar

Kemudian semua keturunan Raja Parmahan memakai marga Silalahi, mengingat asal usulnya dari Silalahi Nabolak. Nama-nama anak Siraja Permahan di Balige dibuat sesuai dengan nama Bapatua dan Bapauda si Raja Permahan di Silalahi Nabolak. Tentu dengan maksud agar keturunan dikemudian hari mengetahui bahwa asal usulnya mereka adalah dari Silalahi Nabolak.Sihaloho : menikah dengan Boru Sitorus dari Sihubak-hubak , dengan anak dua orang yaitu :

1.Datu Sopang
2.Pande Lupak.

Pande Lupak kemudian menikahi Sitapi Nanggalasa Boru Sitorus, yang kemudian menjadi keramat di Sihubak-hubak. Keturunan Datu Sopang memakai marga Sihaloho dan Silalahi di Uluan Sihubak-hubak.Sinabutar : menikahi Boru Manurung dari Janji Matogu, dengan anaknya tiga orang yaitu : Sinurat dan Nadapdap, Dolok Saribu. Sinurat mempunyai anak empat yaitu

1. Raja Tano
2. Raja Pagi
3. Ompung Gombok Nabolon yang pergi ke pulau amosir.
4. Si Raja Muha

Anak Sigombok Nabolon dipulau Samosir adalah 4 orang yaitu : Sibahul, Batu Amak, Bajar dan Silonsing.

Sinagiro : anak kedua dari Siraja Parmahan tetap tinggal di dinalang Balige, mempunyai dua orang anak yaitu Sanggaraja dan Ompu Runggu. Ompu Runggu yang membunuh istrinya kemudian melarikadiri ke porsea, keturunannya kemudian memakai marga Naiborhu. Sedangkan Keturunan Sangga Raja tetap memakai marga Silalahi, dan banyak yang merantau ke Samosir dan Simalungun.

Sinabang : mempunyai satu orang anak bernama Ompu Raja Mual. Anak Ompu Raja Mual tiga orang yaitu Datu Pangarisan, Datu Naboratan dan Raja Tumali.

Dato Naboratan terkenal sebagai orang sakti (Datu Bolon) dan mempunyai 7 ( tujuh ) orang istri , yaitu :1) Boru Nainggolan di Sitatar Nainggolan , anaknya : Tora Panaluan.2) Boru Manurung di Sibisa , anaknya Datu Balemun.3) Boru Panjaitan di Sitoran lahir anaknya Datu Ari.4) Boru Sianturi di Muara, anaknya : Toga Muara5) Boru Simamaora di Humbang, anaknya : Toga Sampinur6) Boru Hasinubun di Silindung, anaknya : Toga Pahae, Toga Silindung dan Toga Pansur Napitu.7) Boru Pasaribu di Barus, anaknya : Toga Barus.Menurut cerita di Tukka Barus, Datu Naboratan meninggal dunia dan dimakamkan di Tukka Barus.Sumber : J. Sihaloho, Sejarah Raja Silahi Sabungan , Tumaras.

Seni Tari (Tor-tor) Batak

Hula2

Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Juga menari dilakukan jug dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan).

Acara pesta adat yang membunyikan gondang sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu.

Tetapi itu dapat dilaksanakan dengan mengikuti tata cara dan persyaratan tertentu.umpamanya sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamakna Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang sabangunan. Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari hasuhutan (yang mempunyai hajat akan memintak permintaan kepada penabuh gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sbb:

“Amang pardoal pargonci…….

1- “Alu-aluhon ma jolo tu omputa Debata Mulajadi Nabolon, na Jumadihon nasa adong, na jumadihon manisia dohot sude isi ni portibion.”

2- “Alu-aluhon ma muse tu sumangot ni omputa sijolo-jolo tubu, sumangot ni omputa paisada, omputa paidua, sahat tu papituhon.”

3- “Alu-aluhon ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo.”

Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan ritme tertentu dalam beberapa saat. Setelah ketiga permintaan/ seruan tersebut dilaksanakan dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur susunan tempat berdirinya untuk memulai menari. Kembali juru bicara dari hasuhutan memintak jenis gondang, satu persatu jenis lagu gondang, ( ada 7 jenis lagu Gondang) yang harus dilakukan Hasuhutan untuk memdapatka (tua ni gondang). Para melakukan tarian dengan semangat dan sukacita.Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti :permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.Sedangkan gondang terakhir yang dimohonkan adalah gondang hasahatan. Didalam Menari banyak pantangan yang tidak diperbolehkan, seperti tangan sipenari tidak boleh melewati batas setinggi bahu keatas, bila itu dilakukan berarti sipenari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat, atau adu tenaga batin. Dll.

Tarian (tor-tor) Batak ada lima gerakan (urdot) 1- Pangurdot (yang termasuk pangurdot dari organ-organ tubuh ialah daun kaki, tumit sampai bahu. 2- Pangeal (yang termasuk pangeal dari organ tubuh adalah Pinggang, tulang punggung sampai daun bahu/ sasap). 3- Pandenggal (yang masuk pandenggal adalah tangan, daun tangan sampai jari-jari tangan). 4- Siangkupna ( yangtermasuk Siangkupna adalah leher,).

Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos.

Didalam menari orang Batak mempergunakan alat musik/ Gondang yaitu terdiri dari: Ogung sabangunan terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat ogung maka dianggap tidak lengklap dan bukan Ogung sabangunan dan dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinakan Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian Sarune (sarunai harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah.

Peralatannya cukup sederhan namun kalau dimainkan oleh yang sudah berpengalaman sangat mampu menghipnotis pendengar.

Menari juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat menghadapi keluarga atau orang tua yang meninggal, tariannnya akan berkat-kata dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana hubungan batin sipenari dengan orang yang meninggal tersebut. Juga Menari dipergunakan oleh kalangan muda mudi menyampai hasrat hatinya dalam bentuka tarian, sering taruian ini dilakukan pada saat bulan Purnama. Kesimpulannya bahwa tarian ini dipergunaka sebagai sarana penyampaian batin baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.

Raja Silahi Sabungan

RAJA SILAHI SABUNGAN DARI SILALAHI NABOLAK
Posted on September 17, 2009 by dunkom

SilahisabunganAdalah Anak dari Sorba Di Banua, yaitu : Si Bagot Ni Pohan Si Lahi Sabungan, Si Raja Oloan, Si Paittua. Dari cerita rakyat Tapanuli ( tarombo ), Sibagotni Pohan kemudian sebagai pengganti Sorba Di Banua di tanah mereka di Balige. Karena adanya selisih paham antara mereka, akhirnya Si Lahi Sabungan, Si Raja Oloan dan Si Paittua memilih hengkang dari Balige, mengembara untuk mencari daerah baru untuk mereka menetap.
Si Paitua memilih tinggal di daerah Porsea , kemudian Si Raja Oloan memilih tinggal di Pangururan, Samosir, sementara Si Lahi Sabungan memilih mengembara dan menemukan membuka tempat baru yang kemudian dia sebut sebagai Huta Lahi (Silalahi) di pesisir danau Toba ( danau Silalahi) Pakpak , Dairi.

Si Lahi Sabungan kemudian menikah dengan putri Pakpak (Padangbatangari) dan memiliki keturunan : 7 anak laki-laki dan seorang puteri. Yaitu :

1. Loho Raja
2. Tungkir Raja
3. Deang Namora (puteri)
4. Sondi Raja
5. Butar Raja
6. Dabariba Raja
7. Debang Raja
8. Batu Raja.

Dalam kultur Tapanuli, ketika seseorang membuka satu perkampungan (huta) maka ia akan menobatkan dirinya sebagai raja Sipukka Huta ( artinya : di sebut sebagai raja, sebab ia merupakan orang pertama yang merintis perkampungan tersebut ). Sehingga ia dan keturunannya ( ahli waris ) akan selalu dihormati sepanjang perjalanan masa (sampai saat ini ), bahwa keturunan tersebut akan tetap di sebut sebagai keturunan Sipukka Huta.

Artikulasi raja dalam kultur tapanuli tidak seperti arti harafiahnya (bahasa indonesia umumnya) yang memaknai raja sebagai penguasa yang memiliki kekuasaan, pasukan dan istana kerajaan.

Arti raja dalam bahasa tapanuli adalah sebagai sosok (figur) yang sangat dihormati dan dipandang tinggi dan sangat disegani. Yaitu orang yang memiliki otoritas untuk memberi berkat-berkat (petuah) dan juga bisa mendatangkan kutuk-kutuk bagi orang-orang yang diserapahinya.
Demikian halnya dengan Silahi Sabungan. Ketika ia membuka perkampungan bagi keturunannua di Huta Lahi ( kemudian disebut sebagai Silalahi Nabolak , Pakpak , Dairi ), maka ia dipanggil dengan Raja Silahi Sabungan. Dan keturunnanya disebut keturunan (bah.tapanuli=Pomparan) Raja Silahi Sabungan.

Sejak dahulu kala, keturunan Raja Silahi Sabungan kemudian mendiami perkampungan Huta Lahi. Masing-masing marga keturunannya memiliki satu lahan perkampungan. Penamaan perkampungan itu sesuai dengan penamaan marga keturunannya. Selain itu, dahulu kala seorang kepala atau Raja Sipukka Huta akan mengadakan pesta besar dengan mengundang kerabat-kerabat dan tetangga kampung untuk merayakan sekaligus mendeklarasikan keberadaan mereka di tanah dan perkampungan tersebut. Dengan demikian , pihak-pihak lain tidak dapat seenaknnya untuk menguasai atau mendiami wilayah tersebut.

Sampai saat ini, keturunan Raja Silahisabungan masih dapat menikmati peninggalan nenek moyang Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak, yaitu tanah peninggalan yang diberi nama sesuai dengan penamaan marga-marga keturunan Raja Silahi Sabungan.Kemudian para keturunan ini, saat ini membuat Tugu Makam Raja Silahi Sabungan (Tumaras) sebagai lambang dan pengharagaan kepada nenek moyang mereka di Silalahi Nabolak. Dan setiap tahunnya, para keturunan ini mengadakan pesta besar (bah.tapanuli=Bolon) atau Luhutan Bolon untuk menghormati leluhur mereka. Sementara ini, secara bergantian para marga-marga keturunannya secara bergantian sebagai pelaksana perhelatan (Luhutan Bolon) tersebut.

Silahi Sabungan adalah seorang yang sakti. Ia sering mengembara dan mengadu kekuatan ilmu kesaktian sampai ke Simalungun, Samosir dan Karo. Sebagai upah kesaktiaanya mengobati seorang putri raja marga Manurung di Sibisa , Samosir, kemudian ia menikahi putri tersebut. Kemudian dari putri tersebut melahirkan seorang putra lagi dan diberi nama Tambun Raja.

KETURUNAN RAJA SILAHI SABUNGAN.

Raja Silahi Sabungan kemudian membawa Tambun Raja ke Huta Lahi. Kemudian untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka Raja Silahi Sabungan kemudian mengumpulkan semua keturunannya dan membuat suatu ikatan janji yang dikenal dengan “Poda sagu-sagu marlangan”. Intinya, diantara semua keturunan (anak laki-laki) Silahi Sabungan dari kedua isterinya memiliki hak yang sama dan harus saling hormat-menghormati, rukun dan guyub saling menghargai.

Meski kemudian Tambun Raja kembali ke kampung ibunya di Sibisa (samosir) dan tinggal disana bersama Pamannya, namun kesemuanya keturunan itu sampai sekarang masih rukun dan berpegang teguh kepada ikatan “Poda sagu-sagu marlangan” yang diikrarkan oleh para nenek moyang dahulu kala.

Adapaun marga keturunan Silahi Sabungan menurut urutannya sekarang ini adalah :

1. Sihaloho
2. Situngkir,Sipangkar,Sipayung
3. Rumasondi,Rumasingap,Sinurat,Doloksaribu,Nadapdap,Naiborhu
4. Sinabutar
5. Sidabariba
6. Sidebang,Sinabang
7. Pintu Batu, Sigiro
8. Tambunan, Tambun

Keturunan Raja Silahi Sabungan yang merantau ke Tanah Karo dengan memakai marga Sembiring Sunulaki (Silalahi), Sembiring Keloko (Sihaloho),Sembiring Sinupangkar (Sipangkar), Sembiring Sinupayung (Sipayung) dan Depari (Rumasondi). Di Madailing, keturunan Tambunan memakai marga Daulay.

MARGA SILALAHI

Adapun marga Silalahi merupakan marga persamaan yang sampai saat ini banyak pula digunakan sebagai marga dibelakang nama keturunannya. Namun yang jelas, setiap mereka yang memakai marga Silalahi umumnya mengetahui rumpun asal-muasal marga mereka yang selalu mengacu kepada marga-marga induk diatas.

Awal penamaan marga Silalahi, ketika salah satu cucu Raja Silahi Sabungan, yaitu putera dari Rumasondi ditangkap dan diculik oleh Tuan Sihubil, yaitu putera Sibagot Ni Pohan dari Balige. Tuan Sihubil belum mempunyai keturunan pada saat itu. Tuan Sihubil kemudian mengangkat anak yang diculiknya ( anak dari Rumasondi, cucu dari Raja Silahi Sabungan ) sebagai anak angkat dan memberinya nama Raja Parmahan ( karena ia diculik saat menggembala ) dan diberi marga Silalahi untuk mengingatkan bahwa ia berasal dari Silalahi Nabolak.
Kisah ini pula sebagai cikal baka keberadaan marga Silalahi dari Balige sebagai keturunan Raja Silahi Sabungan dari rumpun Rumasondi.

Singkat cerita, setelah Tuan Sihubil mengangkat Raja Parmahan Silalahi sebagai anak kemudian Tuan Sihubil lalu memiliki keturunan dan memrinya marga Tampu Bolon.
Raja Parmahan Silalahi dan Tampu Bolon kemudian diikatkan suatu perjanjian oleh Tuan Sihubil sebagai adik-kakak sampai keturunan mereka dan tidak boleh saling kawin-mengawini. Umumnya keturunan Silalahi di Balige sampai saat ini masih memakai marga Silalahi.

Sampai saat ini , meski yang memiliki ikatan langsung perjanjian adalah marga Silalahi dari Balige dengan marga Tampubolon, namun para keturunan Raja Silahi Sabungan lainnya menghargai ikatan ini, meski untuk saat ini antara marga Tampubolon dan keturunan Raja Silahi Sabungan lainnya ( kecuali marga Silalahi Rumasondi) sudah banyak saling kawin-mengawini.
Sejak revolusi Sosial si Simalungun (1946) yang mengharuskan marga-marga dari tapanuli berafiliasi dengan marga lokal Simalungun, dipedalaman Simalungun banyak marga keturunan Silahi Sabungan seperti Sihaloho, Sidebang, Situngkir, Sipayung, Sinurat, kemudian berafiliasi dengan marga Sinaga di Simalungun. Artinya Sinaga sama dengan Sipayung. Sipayung itu sama dengan Silalahi dan seterusnya. Bahkan di Simalungun masih sering kita dengan istilah marga Sipayung Silalahi.

Tidak ada masalah dengan pemakain marga Silalahi. Sejak jaman dahulu kala marga Silalahi sudah dimulai dari Balige oleh keturunan Rumasondi. Belakangan ada rumor gencar mengenai keberadaan merga Silalahi dari Pangururan sebagai keturunan Silahi Sabungan dengan Parna, tentu kita dapar mencerna dari nurani kita masing-masing. Keturunan Silahi Sabungan memiliki tanah moyang di Silalahi Nabolak, karena hanya dari sanalah kemudian keturunan Raja Silahi Sabungan beranak pinak dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan dunia.

JANGAN TEREPCAH BELAH : KETURUNAN SILAHI SABUNGAN.

Sesuai sumpah “Poda Sagu-sagu Marlangan” untuk senatiasa hidup rukun, setiap keturunannya harus menjaga persatuan dan kesatuan keturunan Raja Silahi Sabungan. Keturunan Raja Silahi Sabungan adalah keturunan yang mulai bertumbuh kembang di tanah leluhur yang diwariskan Raja Silahi Sabungan kepada keturunannya di Silalahi Nabolak, Pakpak Dairi. Sehingga mereka yang telah memakai marga Silalahi sejak nenek buyut-buyit tetap mengtahui bahwa mereka bersal dari rumpun yang bersal dari Silalahi Nabolak.

Apakah ada Raja Silahi Sabungan yang lain di Samosir sana ? Jika kemudian ada yang mengaku marga Silalahi, namun menyatakan bahwa mereka adalah marga Silalahi yang sah , itu hanya provokasi dan jelas-jelas tidak menghormati leluhurnya sendiri.
Keturunan Raja Silahi Sabungan adalah yang mengakui dan menghormati petuah dan sumpah “Poda sagu-sagu marlangan” di Silalahi Nabolak ( bukan di tempat lain).