Kamis, 18 Maret 2010

Silsilah Marga Silahisabungan

Data yang dikumpulkan dari berbagai buku maupun turi-turian, bahwa Raja Silahisabungan mempunyai 2(dua) isteri.

Isteri pertama adalah Pinggan Matio boru Padang Batanghari dan bermukim di Silalahi Nabolak dan isteri kedua adalah Milingiling boru Mangarerak.

Dari boru Pinggan Matio, Raja Silahisabungan memiliki tujuh (7) putra dan satu (1) putri. Sedangkan dari boru Milingiling, Silahisabungan memiliki seorang putra. Kedelapan putra Raja Silahisabungan dan seorang putri tsb secara singkat dapat dijelaskan spt dibawah ini.

Dari isteri pertama lahir sbb:

1. Haloho (Loho Raja)
2. Tungkir (Tungkir Raja)
3. Rumasondi (Sondi Raja)
4. Dabutar (Butar Raja)
5. Dabariba (Bariba Raja)
6. Debang (Debang Raja)
7. Pintubatu (Batu Raja)
8. Siboru Deang Namora.

Dari isteri kedua lahir satu putra yaitu:

1. Tambun(Tambun Raja)

1. Haloho (Loho Raja) menikah dengan boru tulangnya Rumbani boru Padang Batanghari dan bermukim di Silalahi nabolak.Keturunannya sebagian pindah ke Paropo, Tolping, Pangururan, Parbaba. Haloho memiliki 3 putra yaitu : Sinaborno, Sinapuran, dan Sinapitu. Pada umumnya keturunannya memakai marga Sihaloho, dan hingga dewasa ini belum ada cabang marga ini.

2. Tungkir (Tungkir Raja) menikah dengan Pinggan Haomasan boru Situmorang dan bermukim juga di Silalahi Nabolak. Pasangan ini juga memiliki 3 putra yaitu : Sibagasan, Sipakpahan dan Sipangkar. Keturunannya pada umumnya memakai marga Situngkir terutama Sibagasan dan Sipakpahan, sedangkan keturunan Sipangkar sebagian besar telah memakai Sipangkar sebagai marga.

3. Rumasondi (Sondi Raja) menikah dengan Nagok boru Purba Siboro. Pasangan ini juga bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya yaitu Rumasingap membuka perkampungan di Paropo.Rumasondi memiliki putra sbb : Rumasondi, Rumasingap, dan Rumabolon. Umumnya keturunannya memakai marga Rumasondi dan sebagaian memakai marga Silalahi (di Balige) dan bahkan Rumasingap juga dipakai sebagai cabang marga. Demikian juga Doloksaribu, Nadapdap, Naiborhu, Sinurat, telah digunakan sebagai cabang marga dan masuk rumpun marga Rumasondi.

4. Dabutar (Butar Raja) menikah dengan Lagumora Sagala. Mereka juga tinggal di Silalahi Nabolak. Dabutar ini mempunyai tiga putra yaitu : Rumabolon, Ambuyak, dan Rumatungkup. Umumnya keturunannya memakai marga Sinabutar atau Sinamutar bahkan Sidabutar.

5. Dabariba Raja (Baba Raja) menikah dengan Sahat Uli boru Sagala. Mereka bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya memakai marga Sidabariba atau Sinabariba. Putrranya berjumlah tiga yaitu : Sidabariba Lumbantonga, Sidabariba Lumbandolok, Sidabariba Toruan. Mereka ini pada umumnya memakai marga Sidabariba.

6. Debang (Debang Raja) menikah dengan Panamenan boru Sagala, juga bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya sebagaian menyebar ke Paropo. Debang Raja mempunyai 3 putra : Parsidung, Siari dan Sitao. Umumnya keturunannya memakai marga Sidebang atau Sinabang.

7. Pintu Batu (Batu Raja) menikah dengan Bunga Pandan boru Sinaga, juga tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki 3 putra yaitu : Hutabalian, Lumbanpea, Sigiro. Keturunannya menggunakan marga Pintu Batu, tetapi keturunan Sigiro sebagian memakai marga Sigiro.

8. Tambun (Tambun Raja) adalah putra Raja Silahisabungan dari si boru Milingiling. Ketika masih remaja, Tambun meninggalkan Silalahi Nabolak menemui ibu kandungnya di Sibisa Uluan. Tambun menikah dengan Pinta Omas boru Manurung dan bermukim di Sibisa. Dari Sibisa keturunannya berserak ke Huta Silombu, Huta Tambunan dan Sigotom Pangaribuan. Putra raja Tambun berjumlah tiga orang yaitu : Tambun Mulia, Tambun Saribu, Tambun Marbun. Umumnya keturunannya memakai marga Tambun dan Tambunan, bahkan di antaranya memakai marga Baruara, Pagaraji, Ujung Sunge.

Di samping marga-marga yang disebut di atas, anak-anak Raja Silahisabungan dari isteri pertama memakai marga Silalahi. Sedangkan keturunan Tambun tetap menggunakan marga Tambun (oleh keturunan Tambun Uluan) atau Tambunan (oleh keturunan Tambun Koling).

(Dikutip dari www.silahisabungan.com)

Desa-Tao Silalahi “Mutiara Terpendam” di Dairi Kaya Pesona dan “Rahasia Alam”

Bila anda mengunjungi Kabupaten Dairi, mungkin salah satu tempat yang ingin anda kunjungi adalah Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo yang merupakan salah satu objek wisata di daerah itu.
Namun sebenarnya Dairi masih memiliki potensi wisata yang juga sangat indah yang kaya pesona dan menyimpan banyak “rahasia alam” namun belum begitu dik
elola dengan maksimal sehingga kawasan wisata Danau (Tao dalam bahasa Batak-red) Silalahi dan Desa Silalahi namanya tidak “setenar” TWI.

Indah dan menakjubkan, kata-kata itu pasti akan terucap dari mulut pengunjung yang baru pertama kali melihat Danau Silalahi yang terletak di Desa Silalahi Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
Betapa tidak, danau yang merupakan bagian dari Danau Toba itu ternyata memiliki hamparan pantai yang sangat indah dan desa di sekitarnya menyimpan banyak cerita khas serta legenda-legenda Batak.
Hamparan pantai indah yang terbentang di sepanjang sisi pantai Danau Silalahi diperkirakan mencapai 28 Km sehingga sangat potensial untuk dijadikan arena olahraga pantai seperti volly pantai.

Dalam suatu perbincangan dengan Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Keparhub Dairi Drs Pardamean Silalahi di suatu penginapan sederhana di Desa Silalahi belum lama ini terungkap, keunikan dan “rahasia alam” yang terdapat di Danau Silalahi dan Desa Silalahi sangat banyak.

Mulai dari palung terdalam di dunia dengan kedalaman 905 meter, Danau Silalahi yang berjarak 128 Km dari Kota Medan, juga kaya akan hasil ikan air tawar (ikan mas dan mujair-red), yang kelezatan dan proteinnya menurut masyarakat setempat melebihi ikan sejenis yang berasal dari Vietnam dan Thailand.
Pesona lainnya yang dimiliki Danau Silalahi, setiap tahunnya biasanya antara bulan Juni-Juli, ombak di danau tersebut mencapai tinggi 60-70 meter akibat tiupan angin kencang.

“Pemandangan ombak tersebut biasanya dinantikan banyak turis baik lokal maupun mancanegara yang sengaja datang untuk menyaksikan keindahan ombak tersebut,” kata Silalahi.
Drs Pardamean Silalahi menyebutkan, Bupati Dairi DR MP Tumanggor sebenarnya memberikan perhatian yang sangat besar untuk mempromosikan dan mengembangkan Danau Silalahi menjadi salah satu objek wisata yang diminati dan ramai dikunjungi wisatawan.

“Bupati Dairi dalam rangka promosi sering membawa tamu-tamunya termasuk para pejabat pemerintah baik dari Propinsi Sumatera Utara maupun pejabat pemerintah pusat untuk mengunjungi Danau Silalahi,” paparnya.

Memang saat ini banyak kendala yang dihadapi untuk mengembangkan Danau Silalahi menjadi kawasan wisata yang diminati wisatawan, seperti minimnya sarana penginapan serta perlunya penanganan kerusakan jalan antara Lae Pondom - Desa Silalahi sepanjang 9 Km.
Saat ini di Desa Silalahi hanya terdapat 2 tempat penginapan masing-masing Mess Pemkab Dairi dengan 18 kamar dan 2 hotel melati dengan fasilitas 20 kamar.

Selain itu bila saja dermaga ferry dibangun di Desa Silalahi sehingga kapal-kapal dari Parapat/Danau Toba dapat langsung merapat ke desa tersebut, diyakini akan banyak wisatawan yang berminat untuk menikmati keindahan Danau Silalahi serta berbagai keunikan dan cerita khas di Desa Silalahi.
Anggota DPRD Dairi Pardomuan Nauli Simanjuntak sangat mendukung pengembangan kawasan wisata Silalahi, dan menganjurkan agar Dinas Keparhub Dairi membuat semacam Pusat Informasi Wisata di Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo, sehingga potensi wisata yang ada di Dairi, termasuk Danau dan Desa Silalahi dapat disebar luaskan baik melalui brosur, maupun penjelasan yang diperoleh di Pusat Informasi Wisata kepada para pengunjung di TWI.

“TWI kan saat ini ramai dikunjungi wisatawan, namun setelah dari TWI kebanyakan pengunjung bingung mau kemana, sehingga ada baiknya Danau Silalahi dan Desa Silalahi juga dipromosikan sehingga para wisatawan dapat juga menikmati kawasan wisata tersebut,” harap Simanjuntak.
Sangat disayangkan memang Danau Silalahi dan Desa Silalahi yang menyimpan banyak pesona alam dan budaya, belum ditata dengan maksimal dan kurang mendapat perhatian dalam pengembangannya, sehingga “rahasia alam” yang terkandung di dalamnya belum diketahui banyak orang dan hanya menjadi “mutiara yang terpendam”.

Semoga saja “mutiara yang terpendam” di Danau dan Desa Silalahi dapat “diangkat” oleh Pemkab Dairi dan Pempropsu sehingga dapat menjadi “primadona” daerah tujuan wisata di tanah air dan menjadi kebanggaan masyarakat Dairi dan Sumatera Utara.

Anduhur

Turtu ninna anduhur, tio ninna lote;
Hata nauli i unang muba, unang mose.

Lapatanna: Hata pangidoan, anggiat sude hata pasu-pasu na pinasahat ni angka na mandok hata tu suhut unang muba alai hot ma.

Artinya: (turtu) suara tekukur, (tio) suara puyuh, semua kata-kata yang baik kiranya tdk berubah/takkan luput.