Minggu, 18 April 2010

Perciknya untuk Leluhur

Rabu, 4 Maret 2009
Fungsi daun sirih juga untuk penghormatan untuk para leluhur. Bagi masyarakat Batak, daun sirih menjadi hal yang sangat penting ketika akan berziarah.

Sebagian marga di tanah Batak biasanya memiliki tugu sebagai perlambang leluhur mereka. Seperti halnya Tugu Silalahi yang dibangun dengan biaya tidak sedikit. Tugu yang terletak di Kecamatan Silalahi, Kabupaten Dairi, dibangun dengan biaya tidak sedikit, khusus untuk menghormati raja Silahi Sabungan.

Kabarnya, dalam tugu setinggi 30 meter ini tersimpan tulang belulang keturunan Raja Silahi Sabungan. Siapapun orang Batak bermarga Silalahi, dimana pun mereka berada, pasti pernah datang ke tempat ini. Relief ini memperlihatkan Raja Silahi Sabungan dan keturunannya.

Silahi Sabungan adalah putra ketiga dari si Raja Batak yang dipercaya sebagai asal muasal orang Batak. Dan dari Raja Silahi Sabungan lahirlah anak yang bermarga Silalahi dan Tambunan.

Menjelang Pesta Bolon (besar), semua keturunan Silahi Sabungan berkumpul di tugu. Sesajinya adalah daun sirih dan jeruk purut. Dalam pesta adat bolon, daun sirih dan jeruk purut seolah menjadi primadona. Hingga para pedagang pun ikut menikmatinya.

Disini, harga daun sirih dan jeruk purut paling mahal di Indonesia. Selembar daun ini harganya bisa mencapai Rp. 10 ribu. Mereka percaya, daun sirih dan jeruk purut bisa membersihkan jiwa. Ritual adat pada masa lalu masih mereka gunakan hingga saat ini, kendati di sana–sini sudah mengalami perubahan. Pemuka adat keturunan Silalahi Sabungan memimpin ritual.

Selain dari daun sirih dan jeruk purut, beras kuning juga dipersembahkan sebagai sesaji bagi sang leluhur. Ritual ini bernama manguras horbo atau menyembelih kerbau. Ritual dilakukan diluar rumah adat bolon yang menjadi pusat kegiatan.

Mereka akan persembahkan kepada leluhur, agar pesta adat berjalan lancar. Bagi orang Batak, kerbau adalah hewan yang pantas untuk dikurbankan kepada Tuhan semesta alam dan leluhur mereka. Kerbau didandani dengan hiasan lambe atau janur kuning.

Dagingnya dimasak untuk santapan bagi ribuan tamu keturunan Silalahi. Acara berlanjut dengan ritual peletakan batu pertama di pemukiman tambun, yang jaraknya sekitar 5 km dari tugu.

Kaum wanitanya membawa semua hasil bumi dan alat–alat untuk ritual. Peletakan batu pertama merupakan ritual pemberian tanah kepada salah satu keturunan raja Silahisabungan, yakni Tambun Raja yang hingga saat ini masih belum memiliki tanah adat. Penyematan ulos dan pembacaan ikrar bersama adalah tanda bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Ritual berlangsung meriah karena diiringi bunyi serunai, gondang, dan tarian tor-tor yang mereka sakralkan.(jafar/sumber terpilih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar